top of page

NIAT MENAFKAHI IBUNYA YANG CACAT, GADIS INI MALAH JADI KORBAN HUMAN TRAFFICKING

Mendung melanda hampir seantero Kota Medan siang itu, Senin (31/1/2022). Di Bandara Kualanamu, duduk seorang gadis meratapi nasibnya yang malang. Niat mencari kerja untuk menafkahi sang Ibunda yang cacat di NTT, malah menjadi korban Human Trafficking. Hati sang Gadis sama semendung siang itu.

Sebut saja namanya Melati. Dilahirkan pada tahun 2000 silam oleh ibunda Disabilitas Tuna Daksa, Tuna Wisma, dan tuna Rungu sejak lahir. Sejak lahir hingga kini, melati tak mengenali siapa ayah kadungnya.

Hidup dalam kemiskinan di Kabupaten Belu,Perbatasan RI-RDTL membuat Melati yang beranjak dewasa pun mulai berpikir keras untuk memperbaiki kehidupannya bersama sang Ibunda. Di saat bergulat dengan dilema, tiba-tiba Melati ditawari pekerjaan di Jakarta oleh seorang Agen asal Maumere pada, Kamis (6/1/2022) via facebook. Yuli nama agen itu. Yuli menawari Melati untuk bekerja di salah satu cafe di ibukota negara dengan iming-iming gaji yang besar. Tanpa banyak berpikir, Melati pun akhirnya menerima tawaran itu.

“Saya berpikir, ini adalah jawaban Tuhan atas doa saya,” ungkap Melati.

Untuk meyakinkan Melati, keesokan harinya, Yuli mentransfer uang sebesar Rp 2 juta. Akhirnya, Yuli pun berangkat ke Kupang, pada Sabtu (8/1/2022) sekitar pukul 15.00 Wita. Di Kupang, ternyata Melati tidak sendiri. Di sana sudah ada dua orang wanita lainnya asal Kupang berinisial D dan B yang sudah siap diberangkatkan ke Jakarta.

Sebelum ke Jakarta, mereka diminta untuk menemuiYuli di Maumere. Pada hari itu juga, sekitar Pukul 22.00 mereka punberangkat menuju Maumere menggunakan Kapal Feri. Mereka bertiga diantar oleh dua orang pria bertubuh kekar.

Setiba di rumah Yuli di Maumere, sudah ada dua orang lainnya asal Manggarai. Di sana, mereka mengurus berbagai berkas administrasi yang belum lengkap seperti surat persetujuan dari orang tua dengan membuat tanda tangan Palsu dan berbagai administrasi lainnya sebelum diberangkatkan ke Jakarta.

Pada tanggal 18 Januari, datang dua orang wanita lainnya asal Lembata ke rumah Yuli yang juga berniat mencari kerja di Jakarta. Namun sebelum diberangkatkan ke Jakarta, Salah satu calon korban Human Trafficking asal Lembata berinisial I menerima kabar bahwa ayahnya sakit berat. Karena itu, I dan D pun membatalkan niat untuk bekerja ke Jakarta dan kembali ke kampung halamannya.

Akhirnya, pada Jumat (21/1/2022) melati bersama empat orang temannya itu pun diberangkatkan ke Jakarta menggunakan KL Umsini. Mereka tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Jakarta pada, Selasa (25/1/2022). Di sana, mereka langsung dijemput oleh Ketua Yayasan Karya Kusuma yang biasa disapa Pak Asri.

Tak begitu lama, tepat pada, Kamis (27/1/2022), D dan B diberangkatkan ke Bengkalis, Pekan Baru. Sedangkan, Melati baru diberangkatkan keesokan harinya dengan menggunakan Lion Air ke Medan, Sumatra Utara.

Tiba dibandara Kualanamu pada pukul 09.30 WIB, Melati langsung dijemput adik calon majikannya. Setiba di rumah pukul 16.00 WIB, Melati langsung disuruh untuk menyapu danmelakukan pekerjaan rumah lainnya tanpa istirahat.

Melati begitu kaget karena dia dijanjikan untuk bekerja di Cafe sesuai isi kontrak, tapi malah dipekerjakan sebagai IRT. Karena itu, Melati pun memprotes pada Yuli, Agen yayasan yang berada di Maumere. Bukan memberikan klarifikasi, Yuli malah balik mengancam dengan meminta Melati mengembalikan uang sebesar Rp 5 juta sebagai ganti rugi transportasi bila ingin pulang kembali ke Kabupaten Belu, NTT.

Karena terus mendesak ke Yuli dan juga majikannya, akhirnya Melati diantar kembali ke bandara Kualanamu menggunakan taxi online. Melati hanya dibekali uang Rp 200.000 oleh majikannya tanpa dibekali tiket pesawat.

Di bandara, Melati tidak mengenal siapa pun. Setelah beberapa jam duduk di Bandara, akhirnya Melati berhasil menghubungi salah seorang kenalannya bernama Ita yang berada di Medan. Ita pun memberikan nomor salah satu Biarawati yang bernama Sr. Cecilia Seran, FCJM. Karena Sr. Cecilia berada di Tanjung Balai, maka Sr. Cecilia meminta Melati untuk menghubungi Sr. Imaculata, FCJM yang berada di Selayang, Medan. Saat itu juga, Sr. Imaculata, FCJM untuk dibawa ke Biara FCJM.

Melati dijemput oleh Caritas PSE Keuskupan Agung Medan, pada Selasa (1/2/2022), Pukul 08.00 WIB. Di sana Melati dikonseling, dibekali pengetahuan tentang bahaya human traficking, dan lain sebagainya.

Tanggal 23 Februari, koordinator International Organitation for Migration (IOM), meminta bantuan pada Relawan Vivat Indonesia di Kabupaten Belu, Filomena Loe untuk melakukan koordinasi dengan pihak keluarga dan pemerintahan Desa. Setelah melakukan koordinasi, akhirnya, pada Kamis (9/3/2022) Melati pun diantar oleh Sr. Verena, FCJM dari Medan kembali ke Kupang. Bersama Sr. Verena, FCJM, Sr. Celyna SSpS, dan Ibu Filo, Melatipun akhirnya bisa tiba di rumahnya pada Kamis (10/3/2022) sekitar pukul 15.30 wita.

Melati hanya bisa menangis saat berpelukan dengan ibunya. Tak banyak kata yang diungkakan. Hanya tangisan yang bisa menggambarkan isi hatinya saat itu.


By: filo - Atambua




Comments


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page